Menemukanmu ~ Seventeen


separuh langkahku saat ini
berjalan tanpa terhenti
hidupku bagaikan keringnya dunia
tandus tak ada cinta
hatiku mencari cinta ini
sampai ku temukan yang sejati
walau sampai letih ku kan mencarinya
seorang yang ku cinta

Evaluasi Diri? Penting!! ^_^

Wah, tak terasa tahun 2012 tinggal hitungan hari lagi ya. Udah ada target atau resolusi untuk tahun mendatang?  Gimana pencapaian di tahun 2011 ini? Mengalami kemajuan, stagnan atau bahkan malah kemunduran? Whatever, kita semua pasti ingin sesuatu yang lebih baik di tahun mendatang, kan? Do our plans for our targets atau resolusi salah satu caranya. But, before doing that, better if you do some evaluations..hope this short story is able to inspire you to do your some evaluations...:D

ENJOYING THE NORTH SUMATERA: Part #4 (HABIS)

Nah, kalo di part #3 ceritain kita udah tau kenapa Davis bawa payung jauh-jauh dari Pekanbaru en dijulukin TG sama Lee, Damro yang ngotot ke Tarutung, dan aku yang ditodong quis musik dadakan sama Andy...sekarang giliran part #4 yang perform nih! Hopely u keep enjoying that! :D
----------------------------------------------------

Waw... IT'S A BIG CROSS LOVE!! Tingginya sekitar 31 meter. Pantas kelihatan dari bawah, dari jalan utamanya Tarutung. Saat malam hari, lampu salib dihidupkan dan kemerlip cahaya lampunya dapat terlihat dengan indah dari bawah. Cantik sekali! Biasanya aku cuma bisa melihat Salib Kasih ini saat melewati Tarutung malam hari. But now...i'm here!:-)

Benar-benar keindahan Tuhan yang harus dinikmati! Suddenly, I remained of something!! Ini jadi kayak sebuah perjalanan mencapai sebuah tujuan di kehidupan sehari-hari kita. Untuk mencapai tujuan kita, kita memang perlu fokus. Tapi, Tuhan bukan hanya menyediakan 'sesuatu' di akhir sana buat kita. Dia juga pasti ingin kita menikmati apa yang Ia sediakan sepanjang perjalanan kita menuju that 'our main target'. It could be make us closer to Him. Just like we are enjoying our times with our best friends or family :-)


Di depan salib kasih terdapat bangku-bangku semen beralaskan keramik berjajar rapi dari atas ke bawah dan membentuk seperti kerucut menghadap sebuah podium atau altar yang bisa menampung sekitar 600 jemaat dan sering digunakan untuk ibadah.

Tadi, begitu sampai di Salib Kasihnya, Damro sudah sibuk minta difoto. Ada juga yang nawarin jasa foto. Kalau nggak salah dua puluh ribu per lembar kuarto.
Bukannya malah ngejawab, refleks aku berkomentar waktu memperhatikan tukang fotonya.
"Kayaknya aku pernah lihat ito* ini..."
Dia cuma senyum-senyum.

Di sini juga disediain beberapa ruang doa berukuran 2 m x 2m yang dapat digunakan oleh siapa pun. Di setiap ruang doa tertulis siapa yang turut memberi sumbangsih. Di salah satu dinding ruang doa tertulis nama RUHUT SITOMPUL.

Pas ada keluarga yang mau difoto, dengan cueknya dia menyuruh seluruh keluarga berdiri di posisi tempat kami berdiri, tanpa menunggu kami selesai berfoto.
Nah lo, apa mungkin si tukang foto tadi 'balas dendam' karena jasanya tidak kami pakai?

Dengan wajah keheranan, mau tidak mau, kami beringsut pindah. Turun tangga sedikit dari posisi semula. Huh...padahal, supaya Salib Kasihnya kelihatan semua di kamera, itu memang posisi terbaik untuk berfoto.

------------------------------------
Sekilas info!
Tanggal 11 Nopember 1863 adalah tanggal pertama kalinya I.L. Nomensen beristirahat di Tanah Batak, tepatnya di bukit Siatas Barita. Koq tau? Ya tau donk...Tertulis kok di atas sebuah batu yang di atasnya tertancap sebuah salib. :-) Letaknya di dekat altar.
--------------------------------------

Dari atas sini, kami bisa melihat keindahan Lembah Silindung, yang merupakan cikal bakal kota Tarutung.

Selesai  foto-foto dan menikmati  keindahan cikal bakal kota Tarutung ini, pulangnya, baru kami sadari benar-benar kalau jalan yang satu lagi [jalan yang licin] menuju tempat ini juga. Kami turun melewati jalan ini.

"Kak, tanda yang tadi memang benar. Harusnya kita naik lewat jalan ini!" kata Andy.

Mungkin karena melihat ada orang yang datangnya berlawanan dari arah kami.

"Mungkin juga. Tapi bukannya kalau lewat tangga, lebih enak naiknya."

"Enggaklah kak. Makanya mereka bikin besi-besi pegangan di sini," argumennya.

-----------------------------------
Review sedikit pelajaran SAINS waktu SD yuk..! :-)
Pernah dengar Pesawat Sederhana kan?
Nah, pesawat sederhana berguna buat mempermudah pekerjaan atau dengan kata lain, dengan adanya pesawat sederhana...tenaga yang dipergunakan tidak terlalu besar.

Setau aku, Pesawat Sederhana tuh ada 4 jenis:
» Tuas atau Pengungkit
» Bidang miring
» Roda dan Poros
» Katrol

Salah satu penerapan prinsip Bidang miring, ya...tangga! Biasanya, di jalanan yang menanjak dibuat jenjang atau tangga. Tangga ini dibuat supaya kita tidak terlalu lelah jika harus melalui jalanan menanjak.
-----------------------------------------

Kami segera menuju tempat menjual suvenir. Entah karena ada asosiasi pedagang atau apa, barang-barang suvenir yang dijual di sini cuma bisa berkurang seribu rupiah dari harga yang ditawarkan penjual. Huh! Padahal, perbedaan kisaran harga antar pedagang lumayan jauh.


---------------------------

Tak ada salahnya dicoba!
» Air Panas Sipoholon
Di depannya terdapat jejeran tempat makan. Cocok buat istirahat dari perjalanan jauh. Nah, di belakang setiap tempat makan disediain kamar mandi yang sumber airnya ya Air Panas Sipoholon itu. Di belakang  kamar mandi, terletak di perbukitan kapur tempat air panas bersuhu hingga 70°C itu mengalir.

Beberapa taon lalu, my father pernah mengajak untuk mendaki ke atas bukit. Jalannya cukup licin. Tapi, begitu udah di atas,waw...kita bakal bisa melihat dan merasakan bagaimana sensasi berada di bukit kapur putih kekuningan dengan air panas menggelegak di sekitar kita dan membentuk ukiran batu kapur.

» Air soda di Desa Parbubu,
Jaraknya sekitar tiga km dari Tarutung.
Kolam ini cukup unik. Bukan aja rasanya yang memang seperti soda, air soda ini walaupun seolah-olah mendidih dari permukaan tanah, tetapi sejuk dan bening.

Meski rute kami tidak melewati dua tempat di atas....(maklum, sebelumnya udah ada dari kami yang pernah ke tempat ini.^_^), tapi buat yang belum pernah, aku saranin deh! Katanya nih...sulfur dan soda bisa nyembuhin penyakit loh. So, just try it by yourself!! :-)
----------

Pukul 19. 57 kami sudah ada di Balige. Tujuan selanjutnya adalah....Laguboti.  Without any conversations in car at that right time! Wah, sudah 'harga mati' nih nampaknya. Cuma dalam hitungan belasan menit, kami sudah tiba di Laguboti, tempat Tantenya Andy. Nah, disini nih kayaknya powernya a driver. Yang di dalam mobil cuma bisa duduk dan ngikut aja. Hihihi.

Andy nelpon tantenya. Memberi kabar kalau mereka sudah sampai.
Ternyata, orang rumah Tantenya Andy ini lagi pada keluar. Yang ada di rumah cuma salah satu anaknya dan seorang sodara jauh mereka. Melalui telpon, tantenya Andy menyuruh anaknya mengeluarkan makanan yang ada.

Benar saja! Mereka sudah mempersiapkan makanan dalam jumlah yang banyak. Makan malam pun dilewatkan di sini. Yach...itung-itung supaya mr. Driver kami istirahat dululah supaya lebih fit menuju jalan pulang.

Kelar makan malam, semua sibuk sendiri.

Davis SIBUK tidur sambil mengusap-usap tangannya. Muka dan badannya kembali menunjukkan gejala gatal-gatal dan merah yang nagkunya karena alergi dingin itu.

Lee SIBUK memperhatikan peta (lagi!) di sofa ruang tamu. Ngukur berapa senti jarak antar kota di peta. Aku pun ikutan nimbrung. Hm...kalah nih tukang jahit soal ukur mengukur. Hi..hi..
Iseng, dia mengambil ponsel Davis yang diletakkannya di atas meja. Mau hitung-hitungan waktu lagi, bandingin waktu antara pulang kalau via Parapat  atau lewat Sibolga.

Tiba-tiba, Lee ngomong," Dah makan sayang? Jangan lupa makan yang banyak ya."

"Hee...romantis juga ya hallet* [baca:pacar] kak Davis ni," lanjutnya dengan muka sok polos.

Matanya tetap merhatiin layar Nokia 2300 punya Davis yang dipegangnya.
Sontak Davis kaget.
Aku senyum-senyum aja.
Andy dan Damro malah makin godain Davis.
"Cie...Dah makan sayang?" Beo mereka sambil ketawa cekikikan.
"Apalah si Lee nih.." katanya berkesan merengek sambil menutupi sebelah matanya yang membengkak seperti digigit serangga. Langsung direbutnya hp dari tangan Lee. Ditekannya beberapa kali tombol di hp nya.
DELETE.
Sms terhapus.

Damro yang sedang nonton sinetron di tv, SIBUK mengganggu Andy yang mau istirahat dengan komentar-komentar tak pentingnya tentang adegan-adegan yang ditontonnya.

Bukannya memakai kesempatan untuk istirahat, sambil baringan di balik selimut, Andy SIBUK menanggapi komentar-komentar tak pentingnya Damro.

Aku sendiri yang semula SIBUK sendiri bermain kartu setelah hitung-hitungan jarak di peta dengan Lee, ikutan menonton tivi berwarna yang masih banyak semutnya itu.

......

Setelah merasa cukup istirahat, kami melanjutkan perjalanan.
Sekitar jam setengah satu dini hari, mobil mulai keluar dari perbatasan Tarutung dan memasuki wilayah Sibolga. Masih sempat istirahat di salah satu SPBU kota Sibolga.

Buat diliat2..hehe...ini nih rute yang dilewati...bandingin dgn rencana semula di Enjoying The North Sumatera di part2 sebelumnya...:=)

……. Batu Lobang…..

Melewati kota Pandan, aku teringat with once of our destination. Beach. Pandan Beach! Tapi, karena sudah sepakat untuk tidak singgah lagi, aku jadi heboh sendiri. Pantai pandan ada di sebelah kanan, sedangkan posisi dudukku di dalam mobil di bagian kiri. Terpaksa, demi yang namanya pantai, aku jadi sibuk mengganggu Damro yang kelihatannya sedang asyik tiduran.

"Mo'...buka dulu kacanya dikit," seruku.

Dengan ogah-ogahan, orang yang kumaksud membuka jendela mobil. Tapi cuma sedikit. Hm...mana bisa ngelihat suasana pantai Pandan subuh-subuh begini kalau jendela yang dibuka lebarnya cuma seuprit! Pikirku.

"Buka lebar-lebarlah...!" kataku sekali lagi.

"Ughh...apalah kakak ni. Ribut aja pun pagi-pagi minta buka jendela," sungutnya sambil tetap membuka jendela lebih lebar lagi.

Ih...apalah anak ni! Cuma minta tolong gitu aja udah sewot. Huh! Kalo cuma sekedar buka jendela mobil doang, kan bisa aku membuka jendela mobil yang ada di dekat. Aku kan belum pernah ke pantai Pandan, en karena rencana kita yang ini batal, kan at least I already enjoy it even only by saw it from the window's car.:-)

"..."

Tak lama, beberapa menit kemudian Pantai Pandan hilang dari pandangan. Karena objek yang ingin aku lihat sudah kami lewati, maka...
"Sudahlah! Tutup aja jendelanya!" seruku dengan sedikit kesal sama Damro.

"Heeeee......eh!! Entah hapa-hapa pun!" sahut Damro dengan nada tak kalah kesalnya.

Subuh-subuh begini menjalani rute Sibolga-Padang Sidempuan, ternyata cukup mengerikan.

Jurang dan tebing yang sama di kiri dan kanan mulai dari awal perbatasan sampai akhir perbatasan.

Aku masih tetap terjaga. Apalagi Lee ku lihat sesekali sudah mulai mengantuk.

Aku dan Andy berusaha ngobrol. Khawatir dia ikutan terserang kantuk.

"Ah, udah bosan kali aku pun kak yang bawa mobil ini, kak."

???
Apa maksudnya ni? Pikirku. Wah...gawat nih kalau yang bawa mobil sudah mulai bosan..

"Dari tadi pemandangannya itu-itu aja. Nggak ada sedikit pun kayaknya yang beda. Hutan. Rumahnya pun jauh-jauh,"  jelasnya.

Karena tidak ada bahan pembicaraan lagi, semua pembicaraan hanya disahuti dengan kata-kata singkat.

"Eh, ada gua batu juga? Yang gimana tu ya?"
Celetukku ketika melihat penunjuk jalan yang mulai dapat terbaca gelap-gelap begini.

"Iya, memang ada. Masih jauh ya kak?"

"Nggak tau. Tadi kurang jelas terbaca. Kayaknya sekitar 30 km lagi lah. Kalau 30 km berarti kira-kira setengah jam ya Ndy?"

"Yah....kira-kira gitulah kak, tergantung kecepatan mobilnya lah."

Beberapa menit kemudian.

"Gua batu. 15 km. Hm...penasaran aku yang gimana gua batu itu," ucapku.

"Gua batu tu semacam batu besar yang di jebol tengahnya, dibuat semacam terowongan kecil gitu. Wah, kalau udah lewat situ, gelap kali lah nanti sebentar," terang Andy.

Hm...15 km berarti cuma tinggal sekitar 15 menit lagi. Akhirnya bentar lagi bisa lihat gimana Gua Batu yang bikin aku penasaran itu.

Rasa penasaranku ternyata kalah dengan rasa kantuk yang tiba-tiba menyerang. Beberapa menit sebelum meleawati Gua batu, aku malah tertidur. :(

Aku terbangun sesaat ketika kami sudah tiba di Padang Sidempuan. Aku melihat jam yang tertera di ponsel.
05. 55 a.m. Padang Sidempuan
Waduh...berarti, nggak jadi liat Gua Batu tadi, kesalku.

08. 51 a.m. Sibuhuan

Mobil merangkak kayak siput. Macet.
Andy dan Damro turun. Mencari tahu apa yang terjadi. Mereka mungkin penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi beberapa meter di depan kami.

"Lihat tuh! Semok kali yang pakai sarung itu,"  seru Davis sekenanya sambil melihat ke arah luar jendela.

Aku dan Lee mengikuti arah pandangannya dan sejurus kemudian kami cekikian sendiri.
Badan Damro yang sedikit gempal terlihat jelas di balik kaos singlet dan sarung yang dipakainya. :-)

Seorang ibu, yang entah berasal dari mobil mana --mungkin dari mobil travel yang ada di depan kami--  datang dari arah kemana Andy dan Damro pergi tadi.

"Ada tanki terguling di simpang Anjing," katanya dengan heboh sambil menunjuk-nunjuk ke arah belakangnya.

Hah? Emang beneran ada ya namanya simpang Anjing? Apa maksudnya di situ dulu banyak anjingnya?
Wah...bakalan lama nih.

"Ada makanan kak?" tanya Andy.

Sudah satu setengah jam kami menunggu.
Perut udah dangdut-an minta diisi. Maklum, belum ada sarapan pagi ini.

"Oh iya, kan masih ada bekal yang disiapkan Sondang kemaren," sahut Davis.
"Mau makan, Ndy?" Ini ajalah kita pake ya," sambungnya sambil sibuk mengeluarkan tempat nasi, lauk dan wadah untuk makan.

"Emang masih bisa kak?" tanya Lee.

"Masihlah. Yang ini yang udah nggak bisa lagi," kata Davis sambil membaui lauk yang ada.

Aku pun ikutan sibuk menyendoki nasi dan lauk buat mereka.
Emergency breakfast in the car!

11. 30 a.m. Kami baru  lepas dari macet sekitar setengah jam lalu dan sekarang sudah tiba di Kel. Pasar Sibuhuan.
Lee merasa semakin tidak enak badan. Lee mau tukaran posisi duduk dengan Davis, supaya lebih enakan. Andy pun memberhentikan mobilnya di depan sebuah sekolah di Jalan K.H. Dewantara.

Mumpung mobil berhenti, aku mengajak Davis mencari toilet di rumah-rumah masyarakat yang ada di dekat situ.

"Memanglah ya kau ini. Setiap perjalanan pulang dari jalan-jalan gini, pasti ke toilet dulu," komentar Davis sambil geleng-geleng kepala.

Satu-satunya toilet yang bisa kami pakai memang lebih baik daripada toilet di atas sungai seperti ketika kami ke Sumbar dulu. Toilet yang ini memang di semen. Hanya saja, toilet ini  letaknya di luar rumah dan sepertinya sudah sangat jarang dipakai. Airnya pun harus diambil dari sebuah bak penampungan hujan. Di belakang toilet terdapat semak belukar yang mulai tumbuh liar menyelip ke dalam bangunan berukuran lebih sedikit dari 1 m x 1 m itu.. Hiiy! Terbayang gimana kalau binatang melata ikutan buang hajat di situ.

Hm...pengalaman tentang toilet yang beda-beda seperti ini jadi ingat ceritanya Raditya Dika di bukunya Brontosaurus. :-)

Masalah toilet selesai, gantian aku yang menemani Davis.

"Kita cari air kelapa dulu yok!" ajaknya. Tergiur melihat ada orang yang menjual air kelapa agak jauh dari tempat mobil diparkirkan.

Setengah satu siang, we move on. Davis dan Lee sudah bertukar posisi tempat duduk. Davis duduk di depan dan Lee duduk di belakang supaya lebih enak tiduran.

Satu setengah jam berikutnya kami sudah tiba di Dalu-dalu, kec. Tambusai Kab. Rokan Hulu [RoHul]. Sesekali aku melihat ke belakang, memperhatikan Lee yang meringkuk dibalik sarung.
Ckckck...kasihan benar nih anak. Masa' setiap kali habis jalan-jalan malah sakit, pikirku.

07.00 p.m. Arrived at Pekanbaru. Pengukur jarak menunjuk di angka 63.314 km.
Thx God for this trip. Mungkin, setiap rencana kalau berjalan dengan mulus nggak akan se'greget' ini. Hm...hoping we'll have a next trip!Hm, apalagi kalo ada yg sponsorin...trus dibuat ceritanya...trus dibuat mirip kayak program jalan-jalan kayak yang di tipi tu...trus...wah...makin ngelantur aku jadinya...hehe :-) Sebelum semakin ngelantur, aku ucapin makasih buat kalian ya..thx to read, to give the thumbs and of course thx to comments!! ^_^
                                * * *

ENJOYING THE NORTH SUMATERA: Part #3

Jangan lupa baca ENJOYING THE NORTH SUMATERA bagian #2 buat nginget apa yang terjadi sebelumnya...Jangan lupa jempol dan komennya...that means so for me...:)
--------------------------------------------------------

Oke, sekarang tinggal Damro.

"Mo, gimana?"

Meskipun Damro nggak ikut nimbrung disitu, kami tetap minta pendapatnya.
Dari lantai atas, Damro yang nggak mempan dirayu pake rayuan pulau kepala, eh, kelapa, buat turun, cuma ngomong,"Aku ngikut aja!" dengan nada yang kurang enak di telinga..
Tapi, Sondang langsung ngomong sesuatu ke kami. "Tadi waktu cerita-cerita, kayaknya bang Damro kesannya maksa gitu supaya tetap jadi ke Tarutung."
Davis menyikutku. "Kok tumben dia yang ngotot? Biasanya kan kau yang bersikeras?"
"Tauk!" sahutku nggak mau berkomentar lebih jauh. Nggak sengaja, kulirik Andy yang tadinya semangat tiba-tiba langsung berbaring begitu aja tanpa sebab di ruang tamu Sondang. Hm, nggak biasanya, pikirku.

Okay, enough of bad thinking. It's time to sleep now. However, the trip must goes on! Akhirnya, opsi pertamalah yang jadi pilihan. We have to keep moving, haven't we?


Sabtu, 22 Maret . . .

Pagi-pagi, sebelum jam 6 aku sudah terbangun. Weh...untung nggak kayak di kampungku. Kalau sudah jam 4 pagi, terbangun karena menggigil kedinginan.

Aku langsung keluar kamar, ke kamar mandi yang letaknya dekat dengan dapur. Di dapur, ortu ceweknya Sondang lagi sibuk masak.

Kelar dari kamar mandi, aku balik ke kamar lagi. Di kamar, Davis lagi sibuk bertelpon ria. Habis nelpon [atau ditelpon?], sambil berbaring, kami bertiga malah cerita-cerita. Kami nanyain ke Sondang alamat teman-teman kami yang kira-kira tinggal di Sidikalang. Salah satu teman terdekat kami, sekaligus teman seangkatan aku dan Davis, Marcell, katanya tinggal tidak jauh-jauh amat dari rumah Sondang sendiri, tepatnya di sekitaran St. Petrus.

Mendekati pukul 8, kami mulai siap-siap berangkat ke Taman Wisata Iman alias TWI. Kayaknya nggak ada yang pada mandi. Airnya dingin minta amplop lengkap dengan prangko-prangkonya...eh, maksudnya dingin minta ampun. Sondang aja yang tuan rumah cuma cuci muka. Sama seperti kami. Emang sih, sudah disedian air panas, tapi karena kondisi air sepertinya terbatas, jadi nggak tega gunainnya. :=)

Pukul 8 teng, waktunya sarapan. Menu andalan: Mie gomok.

---------------------------------------
DID YOU KNOW? 
Akhirnya....obsesi Davis ketemu pink pig alias babi merah jambu kesampean di rumah Sondang. (Ckckck...obsesi apaan tuh?! hehehe)
Davis : " Hhhhh...Mau kupukullah pantat babi tu. Mau kuremas-remas hidungnyalah...menggemasi!!
(berkomentar sambil menggerak-gerakkan tangannya seolah-olah sedang mencubit pipi anak kecil yang lagi chubby-chubbynya)
-----------------------------------------

"Eh! Udah sembuh matanya kak Vis?" tanya Lee.

"Tinggal dikit lagi," sahut Davis sambil mengusap-usap kelopak matanya yang membengkak. Alergi cuaca dingin, katanya. (Baru tahu ada gejala alergi terhadap suhu dingin bakalan berefek seperti itu. Aneh!!)

Jam 9 kami sudah nyampe di TWI. Taman yang berkontur tidak datar dan yang luasnya entah berapa hektar ini berisi icon-icon penting 5 agama di Indonesia.

Di spot paling depan, ada bangunan berwarna merah marun. Tempat ibadah umat Buddha. Lengkap dengan patung Sidarta Gautamanya. Vihara.

Spot berikutnya, ada rangkaian kisah Yesus Kristus. Umat Kristen menyebutnya sebagai Juruselamat Dunia. Mulai dari kelahiran, penyaliban dan kematian, sampai pada kebangkitan dan kenaikanNya ke Surga. Lengkap dengan detail kejadiannya. Bahkan ada juga sungai dan air terjun yang menggambarkan sungai Yordan, tempat Yesus dibaptis oleh Yohanes Pembaptis.

Bukannya sibuk memperhatikan detail  keterangan yang ada di setiap sub spot nya, kami malah asyik bernarsis ria di depan ponsel kameranya Andy dan kamera digitalnya Sondang. Davis sibuk bergaya dengan payung gede yang dibawanya dari Pekanbaru. Huh, dasar narsis!! Rihanna wanna be nih nampaknya...You can stand under my umbrella...You can stand under my umbrella...Ella ella, eh eh eh...Under my umbrella...Ella ella, eh eh eh...=)

Tampaknya, puncak spot wisata ada di sekitar tempat penyaliban Yesus. Di sini, banyak yang duduk-duduk. Di bagian belakangnya, terdapat ruang doa kecil yang bisa dipakai buat doa pribadi [ya, iyalah! Masa' buat main golf..]. Di dekatnya, ada bangku semen buat duduk nyantai, melihat-lihat pemandangan di bawah. Bahkan vihara yang kami lihat tadi kelihatan kecil dari atas sini.

Naluri foto-foto pun tidak terbendung lagi. Dengan kaca mata hitam milik Lee, Davis sibuk berpose ria.
"Udah kayak TG aja kak Vis ini," komentar Lee.
"Apa tuh TG?"
"Tante Genit. Hihihi.."

Buat foto-foto, fotografer lokal pasang tarif 15-25 ribu rupiah per lembar foto seukuran 1/4 sampai 1 lembar kuarto.

Berhubung hari sudah semakin siang dan masih ada tujuan perjalanan lain, kami tidak sempat melihat icon agama yang lain. Sedikit kecewa, karena kata Andy, masih ada beberapa ciri khas agama lainnya.

Setelah cukup puas foto-foto dan belanja-belanji suvenir di seputaran TWI, kami berencana langsung pulang ke rumah Sondang.

Dalam perjalanan pulang ke rumah Sondang, entah dari siapa mencetuskan ide 'busuk'.
"Kita jalan-jalanlah ke rumah calon mertua."
"Enggaklah. Dianya kan nggak di sini," sahut 'pak supir' kami bingung.
"Ga pa-pa...biar bisa kenalan ma orang tuanya." Yang ngasih ide makin semangat nggak karuan.
"..."
Sementara yang diklaim punya calon mertua mikir-mikir, dari bangku belakang terdengar celetukan.
"Ah, ngapain ke situ. Kak Linanya kan nggak di sini."
Kelihatannya lebih banyak yang nggak setuju, tapi entah kenapa mobil tetap diarahkan mencari rumah yang yang dimaksud, sampai akhirnya terjebak macet.

Hari itu memang hari pasar. Pinggiran jalan dijejali pedagang yang sibuk menawarkan barang dagangannya. Dalam hitungan cuma sekian menit, mobil cuma bisa bergerak tidak sampai semeter. Hasilnya, Lee turun beli sesisir pisang yang kurang matang.

Setelah beberapa waktu, nggak disangka, tiba-tiba Andy ngomong," Mobil aku parkirin dekat sini aja. Kalian aja yang pergi ke sana ya. Tinggal jalan dikit lagi."

Aku dan Davis yang duduk di bangku paling belakang saling lihat-lihatan. Bingung. Pasalnya, kami cuma ngikut aja.
"??? Emangnya yang nyaranin ke sini sapa?"
"Bukannya harusnya dia yang lebih berkepentingan?" tanyaku pelan.
Mimik wajah Davis menunjukkan ekspresi tidak mengerti.

Sampai di rumah Lina, kami justru nemuin orang yang ngaku bukan yang punya rumah. Setelah berbingung-bingung ria untuk yang kedua kalinya, dia akhirnya bilang kalau dia cuma menyewa bagian depannya dan segera keluar buat nemuin seseorang yang dia kira lebih berwenang ketemu kami.

Dengan posisi masih berdiri-diri di depan rumah yang berupa ruko itu dan berniat angkat kaki saja dari tempat itu, tiba-tiba seorang cowok datang. Adiknya Lina. Dia nampak kebingungan melihat kami berenam, yang mengklaim diri sebagai teman-teman kakaknya---mungkin dia lupa kalau kami pernah ketemu pas wisudanya Lina---apalagi mendengar penjelasan Lee.

"Ini calon lae*mu," katanya sambil menunjuk Andy.

Setelah basa-basi sedikit , baru kami tahu kalau ortunya Lina lagi ke Samosir.

Akhirnya, setelah urusan nggak jelas dari rumah Lina selesai, kami menuju mobil.
Sepanjang perjalanan menuju ke mobil, kami lebih banyak diam.
Sementara aku sedang asyik-asyiknya memperhatikan apa yang dijual, kudengar ada yang berkomentar. "Huh! Udah dibilangin nggak usah ke sana. Ngapainlah kita ke sana tadi? Orang tuanya pun nggak ada."

"Ah, ngeluh aja pun," pikirku. "Tapi, ada benarnya juga sih. Toh gak jelas gitu entah ngapain di rumah Lina. Mungkin ini nih yang namanya expect the unexpected."

Jam 12 lewat, kami sudah ada di rumah Sondang lagi.
Begitu sampai di rumah Sondang, Andy langsung mendekati organ.
Dia mainin satu lagu rohani.
"Coba, lagu apa nih, kak?" tanyanya mengujiku.
"Hhh..kayaknya pernah dengar." komentarku. Akhir-akhir ini, aku sudah jarang dengar lagu rohani. :-( Sewaktu Andy menyebutkan judul lagunya, aku masih saja nggak bisa mengingat lagu yang dia maksud.
Berikutnya, dia mainin lagu lain.
"Yang ini, kak?" tanyanya lagi.
"Gau tau," jawabku singkat.
"Ah, udahlah!" katanya sambil  pergi begitu aja ke dapur.
Hihihi...orang yang bolot musik kayak aku diajak maen tebak-tebakan musik dadakan? :-p

Lepas dari 'mulut' Andy, masuk ke 'mulut' Damro. Eh, maksudnya...setelah di daulat jadi peserta music quiz dadakan, di lorong ketemu sama Damro. Hehe...
"Jadinya kita kemana nanti?" tanyanya.
"Kayaknya ke Laguboti, trus lanjut ke Parapat."
"Kok jadi gitu?"
"Iyalah...waktu kita sepertinya nggak cukup. Padahal tantenya si Andy udah nyiapin makanan buat kita. Kan nggak enak kalo nggak mampir ke situ."
"Ugh...kalo gitu, lebih  baik aku nggak usah ikut kemaren” sahut Damro. “Ke Danau Toba, biarpun nanti mandi-mandi di sana, udah sering pun. Kalo Salib Kasih kan belum pernah. Percuma lah kita pergi kalo nggak ke Salib Kasih. Masa' kita cuma ke TWI aja."
"..."


Di dapur, ortu Sondang sudah menyediakan menu andalan: saksang.
Yang cowok-cowok kayaknya bernafsu betul melahap masakan khas suku batak berbahan dasar daging 'double B' ini.

Baru saja kami selesai makan, Sondang sibuk menyendoki nasi ke mangkok.
"Ini, biar ada makanan orang abang sama kakak di jalan ya!"
"Ah, nggak perlulah Ndang!" sahut para cowok.
"Tapi ga pa-pa lah. Bikin aja, tapi enggak usah banyak. Manatau..." Dukung aku sama Davis.

Sebelum berangkat, Andy, Damro dan Lee nyaranin minum suplemen vitamin C. Tumben? Pikirku.
"Nih, apalagi kakak. Biar nggak lemas-lemas." sodor mereka ke depanku.
Huh, enak aja! Pikirku. Gini-gini, kan aku yang paling tahan banting waktu jalan-jalan ke Sumbar waktu itu. ;-)
Tapi, setelah dipikir-pikir, mungkin mereka ada benarnya juga. Kalau terjadi apa-apa, jangan-jangan ntar aku yang bisa merepotkan mereka. Aku nggak mau donk.:-) Jadi, kularutkan juga 1 butir suplemen ke dalam gelas air putihku.

Sebelum melanjutkan perjalanan, kami juga sempat-sempatin diri bergaya ria lagi dengan alat-alat musik yang ada di rumah Sondang. Maklum, ortunya Sondang punya usaha sewa alat musik. Gitar di tangan Damro. Saxophone Lee.

Sekitar jam 1 siang, kami berangkat ke Tarutung melewati Dolok Sanggul, kab. Humbahas (Humbang Hasudutan). Di Dolok Sanggul, mata dimanjain dengan kebun-kebun sayur dan buah yang sepertinya lagi lebat-lebatnya, apalagi dengan adanya latar gunung di belakang. Wuih...pingin ikutan panen aja rasanya. Sayang...lagi nggak ada satu pun petani yang stand by di kebunnya. Tapi, kami nggak mau nyia-nyiain kesempatan buat.....FOTO-FOTO!! (Teteup...!hehe..)

Otakmu Sexy Itu Terbukti...Dari Caramu Memikirkan Aku. Matamu Sexy Itu Terbukti...Dari Caramu Menatap Aku
Aku Seperti Ada...Di Dalam Penjara Cintamu. Hidungmu Sexy Itu Terbukti...Dari Caramu Cium Pipiku. Bibirmu Sexy Itu Terbukti...Dari Caramu Sebut Namaku. Aku Seperti Ada...Di Dalam Penjara Cintamu.. Di dalam mobil menuju perjalanan ke Tarutung, Damro dan Lee nyanyi lagu ini, ngikutin lagu dari disc yang dipasang Andy di mobil. Volume suara mereka makin meninggi pas dengar bagian  Kamulah Makhluk Tuhan, Yang Tercipta Yang Paling Sexy. Cuma Kamu Yang Bisa
Membuatku Terus Menjerit...Ouww…Ouww…Ouww…

Pas lagunya Yovie and The Nuno juga nggak kalah heboh.
Semula ku tak tahu engkau juga kan ingin memilikinya
bukankah ku lebih dulu bila engkau temanku
sebaiknya tak mengganggu

dia untukku, bukan untukmu   dia milikku, bukan milikmu
pergilah kamu, jangan kau ganggu  biarkan aku mendekatinya

kamu tak akan mungkin mendapatkannya
karena dia berikan aku pertanda juga
janganlah kamu banyak bermimpi, oooh
dia untuk aku

bukankah belum pasti   kamu juga kan jadi dengan dirinya
dia yang menentukan   apa yang ’kan terjadi   tak usah mengaturku

**:
dia untukku, bukan untukmu
dia milikku, bukan milikmu
lihatlah nanti, lihatlah saja
biarkan aku mendekatinya

kamu tak akan mungkin mendapatkannya
karena dia berikan aku pertanda juga
janganlah kamu banyak bermimpi, oooh
kusarankan engkau mundur saja, ooo

dia untuk aku
bukan, dia untuk aku

Aku cuman senyum-senyum geli liat tingkah mereka.
"Emang ya...lagu ini parbada* kali..?! celetuk Davis.
(Note: Parbada=cari gara ^_^)

Suasana sedikit senyap pas giliran Ari Lasso dan BCL nyanyi 'Aku dan Dirimu'. Entah karena sudah puas, capek, atau lagunya yang nggak cocok buat diheboh-hebohin...:)

Tiba saatnya kita saling bicara
 tentang perasaan yang kian menyiksa
tentang rindu yang menggebu
tentang cinta yang tak terungkap
blablabla...

Gak terasa...sampai juga di Tarutung sekitar jam setengah 5.

Nggak ada badai, nggak ada tsunami. Entah bagaimana awalnya, mobil malah mengarah ke Salib Kasih.
Loh, kok meleset dari pembicaraan semalam ya? ^^

Salib Kasih
Bukit Siatas Barita
Kecamatan Siatas Barita
Tapanuli Utara (Taput)

Jalanan sedikit menanjak. Mobil yang kami naiki melaju dengan pelan. Hamparan sawah terlihat di sekeliling.

Datang ke Salib Kasih masih dalam suasana paskah sepertinya agenda yang klop. Begitu kami sampai dan mobil diparkirkan, ternyata...banyak orang yang berpikiran sama dengan kami.

Yang kelihatan cuma banyaknya pengunjung dan kios-kios tempat berjualan suvenir. Di salah satu sisi areal tanah lapang yang lumayan gede dan becek karena tampaknya baru diguyur hujan, terdapat sebuah panggung.

"Huh…mana salib kasihnya ya?" pikirku. Sejauh mata memandang, tidak ada tanda-tanda objek wisata sedikitpun. Rasanya benar-benar blank.

Salib Kasihnya nggak kelihatan sedikitpun sampai akhirnya...kami ngeh dengan sebuah gerbang di belakang panggung. Itulah pintu masuknya! Ada gusetbook yang harus diisi. Tidak ada patokan tarif masuk. Htm-nya bersifat suka rela.

Untuk sampai ke Salib Kasihnya, tepat di belakang gerbang masuk, patung Pendeta Ingwer Ludwig Nommensen ---misionaris Jerman yang memiliki jasa besar menyebarkan agama Kristen di Tanah Batak, sekitar 1860-an--- menyambut kami.

Hujan baru saja reda. Kami harus melewati banjir kira-kira semata kaki dan di depan kami terpapar dua bagian jalan yang dikelilingi hutan. Di bagian kiri, jalan  berupa ratusan tangga. Di bagian kanan, aspal licin.

Tanda panah yang ada menunjukkan arah yang nggak jelas.
Tanda panah memang lebih mengarah ke bagian kanan. Tapi, arahnya tetap meragukan kami. Kami perhatikan jalanan berupa aspal licin itu, trus kami bandingin dengan jalanan bertangga. Ujung jalanan yang bertangga nampaknya lebih menjanjikan daripada yang licin, karena ujung jalanan yang licin lebih nggak jelas kelihatan dibandingin dengan jalanan bertangga.

Tiba-tiba, Damro iseng menyentuh satu-satunya penunjuk arah berbentuk tanda panah itu. Penunjuk arah ternyata bisa digerak-gerakkan.
"Kita ke arah mana nih sebenarnya?"

Sementara kami sibuk memutuskan arah mana yang harus dilewati, Damro makin iseng. Digerakkannya tanda panah ke kiri..ke kanan lagi...ke atas...bahkan ke bawah.
Sambil kebingungan, kami cuma bisa ketawa-ketawa aja melihat tingkahnya.

Aku kasih argumen. Kalau mau naik, harusnya melewati arah yang bertangga. Yang lain nampaknya setuju. Tapi, nampaknya mereka lebih setuju karena melihat lebih banyak orang yang datang dari arah itu.

"Jauh ya?"  Tanya kami waktu berpapasan dengan orang yang turun dengan wajah yang terlihat keletihan.

"Masih jauh lagi!!" sahutnya cuek.

Di sepanjang pinggiran hutan, terdapat banyak cinderamata berupa 'batu prasasti'  yang bertuliskan nama dan daerah asal pengunjung yang ditinggalkan buat pertanda bahwa mereka pernah datang ke tempat ini.. Tak heran areal ini dinamai Taman Kenangan.

Mungkin karena terintimidasi dengan komentar singkat orang tadi,  sepertinya kami terasa capek lebih cepat dari waktunya.
Damro malah sudah ketinggalan jauh di belakang.
"Bisa nggak kami tunggu di sini aja. Kalian ajalah yang bawa Salib Kasihnya ke mari, tunjukkan ke kami," keluhku.

Salib kasihnya belum kelihatan, tapi badan sudah terasa capek. Saking letihnya, nggak kepikiran untuk menghitung anak tangga yang kami lalui. Yang jelas...ratusan!  Pohon-pohon pinus dengan ayat-ayat Alkitab yang menempel di badannya berdiri di sisi kiri dan kanan jalan setapak bertangga yang kami lewati ini.

----------------------------------
Ada sedikit Tips nie...
1. Jangan pikirin Salib Kasihnya doang!
Jalan santai kayak biasa aja dan nikmatin apa aja yang ada di kiri dan kanan jalan.
2. Banyak ayat-ayat Alkitab yang bisa dinikmatin.
Bagi yang kristiani, jangan cuma sekedar dibaca, nikmati setiap ayat yang ada, you'll find something in it! Bagi yang non kristiani, maybe it is able to be a great motivation for you! There are many valuable word in there to contemplate.
3. Siapin piagam semen alias batu prasati untuk jadi kenang-kenangan.
Be creative on it! :-)
----------------------------------

Kalau ternyata tujuan kami malah jadi ke Salib Kasih, bagaimana dengan tujuan ke tempat tante nya Andy? Jadikah? 
Baca juga ENJOYING THE NORTH SUMATERA: Part #4...tetep gak kalah seru koq karena ada crta tentang....xixixi...baca sendiri aja yach biar makin kerasa serunya...^_^