ENJOYING THE NORTH SUMATERA: Part #1

___ENJOYING THE NORTH SUMATERA___


WE ARE ADDICTED TO HOLIDAY!!!

Yup! After "Escape to Sumbar"....We are addicted to holiday!!
We are...

Andy Agustian, Damro, Davis Sylvana, Herlinawaty and Lee Marpin


Yuk...kenal mereka lebih dekat lagi >>>

Andy itu... 
Still...Our best driver...!
>> Still...luv this person so much,even dia sempat bilang bosan..Gimana ceritanya ya? (",)

Damro itu...
Yang megang duit alias bendahara
>>  Ini nih si Bendahara yang ngotot soal... [Ehm...baca aja deh!^_^]

Davis itu...
No description at all, except...hm...An Umbrella Girl or... ‘TG’?
>> Who you think you are for this time, Vis? Hehe..

Lee itu...
Our navigator ...still the best...
>> Navigator yang ujung-ujungnya selalu sakit? Hm...it’s him!^_^

Herlinawaty itu...
Teteup...yang nulis cerita ini
>>  Nulis…nulis…dan nulis…:-p

Plus...
Additional featuring:
*Sisca and Elda
>> Sepupu and teman sepupunya Lee yang sekalian pulang bareng ke Siantar..
*Sondang Tampubolon
>> Our friend in Agriculture faculty. Special thanks for her for the home which is we used to sleep… ;-)



23 Februari . . .

Acara foto-foto wisuda di kampus baru selesai.
Kampus sudah mulai sepi. Yang kelihatan cuma mahasiswa/i yang punya urusan skripsi dengan dosen pembimbingnya dan yang sedang membereskan proyek cari duitnya. Proyek cari duit yang dimaksud adalah papan bunga yang biasa dipake untuk background foto wisuda. Biasanya mereka matokin tarif buat sekali jepret di depan papan bunga mereka.

SELAMAT DAN SUKSES ATAS DIWISUDANYA
... (Nama wisudawan/ti)

Begitu kira-kira tulisan yang dibentuk dari bunga-bunga imitasi dan potongan gabus itu.

Beberapa pekerja kelihatan sedang membereskan berbagai peralatan. Peralatan band mulai dikemas. Kursi-kursi ditumpuk dan dimasukkin ke dalam mobil bak terbuka.

Nggak berapa lama, aku, Davis dan Pesta, adik Andy, sudah duduk di bangku belakang sedan putihnya Andy. Herlina, duduk di depan, nemenin Andy yang nyetir. Baju toga masih melekat di badannya.
Anak ini, wisuda nggak wisuda sama aja. Dia juga yang nyetir sendiri, pikirku. [Emang ada aturannya, kalo wisuda nggak boleh nyetir sendiri?^_^]

Tiba-tiba, Andy bersuara.
"Kak, mau jalan-jalan lagi? Si Damro udah ngambil cuti 3 hari. Tanggal 20 bulan depan kan hari merah."

Heh..?! Jalan-jalan lagi? Seperti yang ke Sumatera Barat itu?

Pertanyaan itu pasti ditujukan ke kami. Aku dan Davis saling liat. Kayaknya kami emang sama-sama pengen jalan-jalan lagi...
"Ya, terserah! Ayok aja. Siapa takut," sahutku akhirnya.

Seminggu kemudian...
Kami sibuk nyusun rencana yang disebutin Andy pas waktu wisudanya.
Mau ke mana aja. Kapan. Berapa biayanya. Nginap di mana.

Sambil ngobrolin ini itu dan nyoba-nyoba nyesuaiin waktu dengan rutenya, kami banyak dapat masukan dari nyokapnya Andy yang kebetulan ikutan nimbrung. Seperti misalnya, 'kalau ke tempat anu, paling sedikit kalian menghabiskan waktu2 jam supaya kalian puas' atau 'kalau kaan ke situ, cukup sebentar aja. Nggak banyak yang bisa diliat-liat.'

Kayak nyokap-nyokap lainnya seantero pekanbaru, nggak ketinggalan beliau juga ngingatin," Nanti, kalau kalian ke kota anu, kalian nggak boleh cakap yang tak betul."

Bukannya manggut-manggut atau nyahut 'ooo...begitu' dengan wejangan yang super berharga itu, yang lain malah sibuk berceloteh menanggapi.

Andy pun ikutan menanggapi.
"Iya...nggak boleh makan kalo nggak bayar," katanya sambil senyum-senyum.


Planning hampir aja bubar jalan.
Yang bisa ikutan cuma 4 orang. Biaya yang sebenarnya cukup gede buat kami nggak bisa dipangkas. Malah makin gede.

Selasa malam, sehari sebelum rencana keberangkatan awal--Rabu malam--Lee nelpon aku.

"Kak, jadi kan pergi jalan-jalannya? Aku ikut ya?"

"Eh, bukannya kau bilang nggak bisa ikut? Katamu kerja.."

"Enggak. Rupanya kami bisa libur tiga hari tu." Sontak aku kaget mendengarnya.
Tapi, ntah dari mana datangnya, suatu ide diantar benang-benang saraf ku menuju otak. Jahil ku kumat. Aku kerjain ah… J

"Gimana ya? Kami berangkat besok malam. Orangnya udah cukup. Kau sekarang dimana?

"Masih di Perawang. Besok siang aku ke sana."

"Hm..gimana ya?" sahutku seperti memikirkan sesuatu.

"Seriuslah, kak! Aku ikut ya!" Di telingaku , nadanya terdengar sedang membujuk supaya dia bisa diikutkan.

Gotcha!!
Aku senyum-senyum sendiri mendengarnya.

"Eee..sebenarnya, kayaknya kita nggak jadi pergi," kataku datar. Berhenti pura-pura.

"Ha? Yang benarlah kak!" Sahutnya sedikit nggak percaya.

"Iya. Ngapain juga bo'ong. Dosa tau!" Sahutku tak semangat.

"Kok bisa gitu, kak?"

"Habis..kau nggak bisa ikut. Ga ada orang lain yang bisa. Jadinya yang bisa cuma berempat. Biayanya lumayan gede," jelasku.

"Jadi..?"

"Ya...kayaknya nggak jadi."

Tiba-tiba aku seperti merasa dapat pencerahan. Mungkin kalau dijadiin gambar kartun kayak komik-komik Jepang gitu, mataku sedikit membelalak, dikasih garis-garis kecil di sekitarnya yang menggambarkan mataku sedang bersinar-sinar. Di dekat kepalaku, ada gambar bola lampu yang lagi nyala.

"Lee, coba aja telpon mereka. Tanya gimana jadinya, soalnya kau bisa ikut kan?" usulku.

"Okelah..Aku telpon mereka dulu ya, kak,"

Telepon ditutup.

Hm…Davis pasti terkaget-kaget dengar berita ini.


Rabu, 19 Maret . . .
Sekitar jam 10, Aku janjian ketemu sama Davis di simpang pasar Kodim. Ada sedikit keperluan. Setibanya di tempat, Davis sudah menunggu di sana. Aku turun dari oplet dan mendekatinya.

“Vis, siap-siap nanti malam…kita jadi berangkat hari ini,”

“Loh, kok? Katanya kan gak jadi.” Sahutnya heran.

“Jadi lah.” Sahutku senyum-senyum. “Makanya habis ni kita ke rumah si Andy, biar kita Tanya langsung sama orang tu.” Sambungku.

“Aduh, tapi kalo biayanya besar kayak kemaren aku gak bisa lah,”

Hm, aku juga kepikiran hal yang sama. Tapi, “ah, udahlah…kita liat nanti aja di rumah orang tu.”

Aku dan Davis sudah ngumpul bareng Damro dan Lee di rumah Andy, buat mastiin planning itu.

Begitu aku dan Davis  nyampe di rumah Andy, Lee yang bertelanjang dada sedang asyik-asyiknya main game di komputer.

"Gimana?" tanyaku

"Apanya yang gimana?" jawabnya cuek. Baru aja melihat kami datang, matanya udah konsen lagi ke layar monitor komputer.

Heh! Apa pula maksudnya dia? Pikirku geram.

"Lho, bukannya kita jadi pergi?" tanya Davis. Memperjelas.

"Entah! Kayaknya nggak bisa, kak! Adek sepupuku besok mau datang ke sini. Mau daftar ujian di UGM. Gimana tuh?" jawab Lee. Nggak kalah jelasnya.

"Gimana sih, katanya Andy jadi," sahutku.

"Orang kakak cobalah tanya si Damro," kata Lee.

Damro baru aja nongol. Entah dari mana. Sepertinya dari dapur.

"Iya, Mok? Kita nggak jadi pergi ya?" tanya Davis.

"Heh? Emangnya, siapa yang bilang jadi pergi?" sahutnya dengan muka tak berdosa. "Orangnya yang mau pergi aja nggak ada," sambungnya.

Ha! Apa-apaan ini? Pikirku lagi. Bingung.

"Lho, bukannya mereka udah tau? Andy udah bilang sama orang ni kan?" tanya Davis ke aku.

Daripada salah kasih komentar, aku cuma mengangkat kedua tanganku. Ngasih isyarat buat 'nggak tau'.

Kebetulan, Andy waktu itu belum datang. So, begitu dia sudah sampai di rumah, kami sibuk konfirm lagi.

Sementara kami berempat sibuk mikirin gimana jadinya, Damro malah mengasingkan diri ke kamar.

Urusan sepupunya Lee bisa diatur, karena kemudian kami tahu kalau mereka rencananya langsung pulang ke Siantar.

Masalah Lee sudah Bisa dihandle, eh...gantian Damro yang malah ogah-ogahan ikut. Nggak jelas gitu. Pake-pake handuk pula di lehernya dia nangkring di pojokan. Halaah…sudah kayak abang becak pula.


Nah, gmn klnjutannya? Jd gak ya liburan ke Sumatera Utaranya? :)baca aja klnjutannya di note "Enjoying  The North Sumatera #2"Akan byk crta seru lain nya...hehe
So guys,ur thumbs and comments are important to fix how this story written if needed...tengkiu

Posting Komentar - Back to Content