ENJOYING THE NORTH SUMATERA: Part #2

Udh bc sdkit keisengan aq di  ENJOYING THE NORTH SUMATERA: #1?^^
Rencana jln2 ke SuMut gagal karena yang mo ikut cmn 4 org dan itu berarti budget yg dikeluarkn besar...at least trgolong besar bwt kami.
Lee yang awalnya gak bs ikut, akhirnya berubah pikiran.
Tapi...

Dan msh ingt prcakapanku dgn Lee?

"Gimana?" tanyaku
 "Apanya yang gimana?" jawabnya cuek.

...dan potongan cerita yg ini? 
Sementara kami berempat sibuk mikirin gimana jadinya, Damro malah mengasingkan diri ke kamar.
 Urusan sepupunya Lee bisa diatur, karena kemudian kami tahu kalau mereka rencananya langsung pulang ke Siantar.
 Masalah Lee sudah Bisa dihandle, eh...gantian Damro yang malah ogah-ogahan ikut. Nggak jelas gitu. Pake-pake handuk pula di lehernya dia nangkring di pojokan. Sudah kayak abang becak pula.

Entah bagaimana jadinya pembicaraan bergulir... Sampai akhirnya, catatan perjalanan baru pun disusun...


--------------------------
Rundown of Sumatera Utara trip

Kamis, 20 Maret
Malam           : Perjalanan dari Pku

Jumat, 21 Maret
Pagi              : Sampai di Siantar
Siang            : Otw to Sidikalang
Siang-sore    : @ Taman Wisata Iman.
                        Foto-foto dulu ah! ^_^
17.00-22.00 : otw to Parapat 'n Laguboti
22.00-malam : Nginep di Laguboti

Sabtu, 22 Maret
09.00 - 12.00 : Otw to Tarutung
12.00 - 15.00 : @ Salib Kasih
15.00 - 17.00 : Otw to Sibolga
17.00 - 18.00 : @ Pandan Beach
18.00 - Minggu, 23/03 pagi ... Back to Pku
-----------------------------
__________________________

Things to bring!
* Peta Sumut
* Kamera ato segala gadget yang berbau kamera
* P3K (antimo, minyak kayu putih and handyplast betadine)
* Dongkrak dkk
* Senter (Manatau something happen di tengah malam)
* Minuman berenergi ( Dopping Buat mr. Driver nih! Hehe...)
* Snack buat di dalam mobil
* Payung (???)

Kamis, 20 Maret . . .

15 menit lg nyampe! Gak ada istilah tggu..

Sender:
LEE
+6281xxx

Sent:
17:39:13
20/03/2008


Jam 17.39, sms Lee sampai ke hp ku. Katanya 15 menit lagi mereka nyampe. Tapi, jam 18.30 aku baru dijemput. Lee yang menjemputku masuk ke dalam gang rumah.
Hm..mentang-mentang sering telat, sekarang gantian aku yang nungguin mereka hampir sejam. :-)

Penasaran. Sampai tadi siang, sebelum mengajar privat, aku sibuk sms-an dengan Andy. Katanya mobil yang mau di rent belum dapat karena ternyata mobil yang direncanain pulang hari ini ternyata mau diperpanjang waktunya oleh penyewa sebelumnya.


Setelah sebelumnya aku kirain Andy marah karena aku nggak 'ngeh' dengan penjelasan dia tentang mobil itu, akhirnya dia kasih lampu ijo kalo mobil ada.

Ternyata Avanza silver. Kubuka pintu mobil berplat D itu. A Band Dunk [baca= bandung] car? Great!!  =)

Melongok ke dalam, sudah ada Andy yang stand by di belakang stir, Damro yang duduk di tengah dan dua orang cewek yang nggak ku kenal duduk di bangku belakang. Salah satu dari mereka pasti sepupunya Lee dan yang satunya lagi teman sepupunya Lee. Menurut rencana, mereka sekalian nebeng pulang ke Siantar.

"Ini diletak di mana?" tanyaku sambil melepaskan ranselku.

"Udah...pangku aja dulu, kak. Nanti baru diatur lagi." Lee yang nyahut.

Nurut apa katanya, aku masuk ke dalam mobil. Lee menutup pintu mobil dan segera duduk di depan.

Dengan segera, mobil meluncur ke Jl. Fajar. Rumah Davis.

Lagi-lagi Lee yang menjemput ke rumah.

Tidak berapa lama, mereka berdua muncul dengan tas kulit dan payung gede di tangan Davis dan tikar lipat di tangan Lee.

Aku turun dan menyuruh Davis masuk ke dalam mobil. Aku duduk di sebelah pinggir, Davis duduk di tengah dan Damro di sebelah pinggir satunya lagi. Lee tetap di depan, di sebelah Andy yang nyetir. Sepupu Lee, Siska, dan temannya, Elda, duduk di bangku belakang.


"Heh! Besar kali tasmu?" tanya Davis begitu melihat backpack  berwarna kombinasi hitam dan merah yang ada di pangkuanku. "Kayaknya adalah yang bilang kalau jangan bawa barang banyak-banyak dan dijemput dan dijemput jam setengah lima," lanjutnya menyindir sambil tersenyum dan melirik Andy.

Nti djmpt jam 4.30 yo. Ada Avanza. Senter blm dpt. Brg jgn byk2.

Sender:
AndThe
+6281xxx

Sent:
15:40:46
20/03/2008

"Emang!"akuku. "Tapi, ini karena aku bawa jaket satu lagi. Gimanalah kalo mendadak...cuma tas ini yang kepikiran. Inipun karena body backpack nya yang kaku. Lagipula, yang dibilang kan bukan jangan bawa tas gede, tapi jangan bawa barang banyak-banyak," belaku lagi, yach...meski itu enggak ada gunanya.

08.30 p.m. Setelah doa sebelum pergi, kami sepakat buat dinner di Siboan Barita, dekat daerah Muara Fajar. Hm...belum masuk ke tanah batak aja, sudah tercium nih bau-bau batak. =)

Aku mengamati sekeliling. Di luar tempat makan ini, lebih banyak truk-truk yang parkir daripada mobil pribadi. Di dalem, cukup banyak serangga yang terbang kian kemari. Malah salah satunya mungkin sudah menyengat Davis, karena di lengan kirinya sudah gatal-gatal dan bengkak.

Berhubung Davis dan aku sudah sempat makan sedikit sambil nunggu dijemput tadi, kami memesan 1 porsi berdua. Begitu juga sepupu Lee dan temannya.

Lagi asyik-asyiknya makan, tiba-tiba Lee minta piring kosong yang tidak dipakai Davis. Sambil menunjuk-nunjuk sesuatu di piringnya, dia berusaha memberitahu sesuatu ke Andy dan Andy sepertinya mengerti apa yang dimaksud Lee.

Tidak berapa lama, Andy pun melakukan hal yang sama. Dia menyisihkan piringnya yang masih berisi nasi.

Gerak-gerik mereka bikin aku nggak tahan buat bertanya. Sepertinya ada 'bonus' di piring mereka. Tapi, dua-duanya malah pasang aksi tutup mulut.

"Kenapa sih?" tanyaku.

Dugaanku, pasti ada dari serangga yang terbang kian kemari itu kecampur dalam capcai mereka.
"Tenang aja...itu kan tinggi protein juga!" kataku sok tempe.
Kalau nggak salah, itu yang dijelasin pak Rusli, dosen POPTT kami waktu sesi nerangin tentang serangga.

Yach...meski begitu, tetap aja banyak orang yang hoek! karena jijik kalau tahu apa yang kita makan itu tidak lazim kita makan.

------------------------
Fyi, salah satu stasiun tipi yang nayangin Laptop si Unyil pernah nayangin mengenai masakan tumis cicak. Cicak dikumpulin, trus dimatiin (ya, iyalah..), trus dikeluarin isi perutnya, dicuci bersih dan siap ditumis deh. Ga perlu pake garam, karena katanya sih, daging cicak udah cukup asin. Katanya lagi, daging cicak ini berkhasiat buat nyembuhin penyakit.
-------------------------

Kelar makan  dan Damro --bendahara kami kali ini-- membayar tujuh puluh ribu rupiah untuk 5 porsi capcai, sekarang waktunya untuk melanjutkan perjalanan.

11.30 p.m. di Bagan batu. Pengukur jarak menunjuk ke angka 61.921 km. Lee minta tukaran tempat duduk dengan Damro dan mengeluh masuk angin.

Tumben, pikirku.

"Mungkin karena semalaman aku naik motor, jadi kena angin terus," jelasnya.

"Pantaslah," sahut Davis. Di tangannya sudah ada balsem ekstra panas dan siap-siap jadi tukang urut dadakan.

21 Maret . . .

Subuh hari, kami istirahat di sebuah SPBU. Lee yang sepertinya sudah baikan, berkomentar. "Enak juga diurut sama kak Vis, tapi leherku sekarang kayaknya gosonglah. Panas kali balsemnya."

Davis bengong dengarnya.

Andy, begitu turun dari mobil, langsung cek dan ricek kondisi mobil. Body aman. Lampu aman. Begitu mungkin pikirnya sampai akhirnya dia berhenti di dekat ban belakang Avanza. Di bagian ban belakang kanan mobil ada semacam benjolan atau gelembung.

Cek ban serep. Nasibnya tak jauh beda.

"Jadi gimana?" tanya Lee. "Kalo dikempesin, trus dipompa ulang, gimana?" katanya mencoba memberi solusi. "Motor bang Ven kemaren juga bisa digituin," sambungnya.

"Nggak bisa do.ini ban tubless. Kalo ada ban dalamnya, baru bisa digituin."

Melihat kami yang berkerumun, seorang bapak datang mendekat.

"Oo...benjol? Wah...ini memang harus diganti. Bahaya kalau dipakai jalan. Bisa-bisa meledak," komentarnya.

Huff...semoga ini adalah skenario terburuk. Jangan sampai terjadi sesuatu yang lebih parah lagi. Kalau nggak, bukan hanya budget yang bakal jadi lebih nggak bersahabat, bisa-bisa nyawa pun ikutan terancam


08.30 a.m. Kami sampai juga di desa Habatu, ngantar Elda lebih dulu, baru Siska. Rumahnya ternyata berdekatan dengan rumah Lee.

Masih dalam mobil, Davis sudah mengoceh kegirangan melihat babi-babi yang berkeliaran di depan rumah Lee.

Kami diundang sarapan di rumah Siska. Ternyata, Rommel, teman seangkatanku dan Davis, bukan hanya sodaraan dekat dengan Lee, tapi juga dengan Siska. Cerita punya cerita, katanya dia bakal kerja di Kalimantan.

Di rumah Leekami bukan cuma ketemuan sama ortunya, tapi juga dengan ompung ceweknya [baca: his grandma=nenek=oma].
Perjalanan dilanjutkan dengan bekal yang ternyata sudah disiapkan ortunya Lee.

Tujuan selanjutnya ke kota Siantar, mampir ke rumah Oma-nya Andy. Sekitar 1 jam 20 menit dari rumah Lee. Disebut Oma karena neneknya Andy ini berdarah Manado. Di sini, waktu kami pakai buat istirahat dan mandi.

Sementara Andy, Lee dan Damro pergi bareng Uda-nya Andy [baca: Paman dari pihak ortu laki] ke bengkel ngurusin ban benjol tadi, aku dan Davis nungguin mereka dk rumah Oma-nya.

Ditinggal pergi, aku dan Davis gantian baca buletin pelayanan kampus: NOEL dan bareng orang rumah nonton Idola Cilik. Setiap kali penyanyi cilik berganti, ada aja komentar dari mereka. Sebisa mungkin aku ikutan memberikan respon, tapi aku lebih konsen menahan kantuk.

02.20 p.m. Setelah urusan ban mobil selesai dan makan siang di rumah Oma, kami siap berangkat lagi. Ban mobil kami yang benjol tersebut terpaksa jadi harus diganti dengan ban second.

"Nggak ke Siantar namanya kalau nggak makan pangsit Siantar," promosi Andy begitu kami sudah dalam mobil.

Wah...padahal kan kami baru saja makan, protes kami. Kalau tahu begini, kami kan bisa nyisain ruang di perut buat pangsit Siantar yang dipromosiin Andy itu. =) Yach...tapi akhirnya kami nurut aja.

Pangsitnya memang beda. Andy dan Damro masing-masing seporsi. Seporsi pangsit lagi di bagi tiga: aku, Davis dan Lee.

Sebelum dituangin ke mie nya, aku nyobain kuah pangsitnya dulu.
Slurp...hm..'b*** sekali' rasanya, pikirku. Jelas aja, yang ada di mangkok kuah cuma ada potongan daging b***. Pangsitnya sendiri ada di mangkok mie dan sembunyi di balik mie nya.
Warning!
Makanan ini hanya berlaku buat orang-orang tertentu aja. Penulis nggak mau dianggap provokator, karena ini hanya deskripsi pengalaman aja. So...dilarang keras buat kamu yang melabeli halal dan haram buat makanan, setergiur apapun kamu baca tulisan ini ya.

03.00 p.m. Abis ngepangsit, perjalanan lanjut ke Sidikalang. Sudah keluar dari rundown nih, pikirku. Harusnya jam segini kami lagi foto-foto di Sidikalang, pikirku sambil melihat rundown sekilas.

On the way ke Sidikalang melalui Parapat. Sebelumnya, sempat terpikir buat nginep di Laguboti, tempat sodaranya Andy. Tapi, karena sudah nggak sesuai rundown lagi, kami mencoba nelpon teman yang memang tinggal di Sidikalang. Kebetulan orang yang dimaksud lagi pulang kampung. So, jadilah kami ke rumah Sondang.

08.00 p.m. kami sampai di jl. A.Yani, Sidikalang.

Lee nelpon Sondang, nanyain posisi rumahnya di jalan Persada. Via telpon, Sondang ngarahin kami supaya lewat jalan Pak-pak aja. Susah-susah gampang, karena hari sudah makin gelap.

"Masih jauh?" tanya Lee di telepon. Sepertinya dia lagi mengulang apa yang dikatakan Sondang waktu Lee ngasih tahu posisi kami. Untung aku nggak paranoid. Dari tadi, 'masih jauh'???
Akhirnya, setelah laju mobil diperlambat, pasang mata baik-baik dan jurus tanya-tinyi dicoba lagi, barulah ketahuan kalau Jl. Pak-pak itu setali tiga uang dengan Jl. Sitelulempu. Pantas aja, dari tadi mondar-mandir nggak ketemu-ketemu.

Setelah berada di jalan yang benar, beberapa  meter di depan, sudah ada cewek pakai baju putih yang berdiri di pinggiran jalan. Sondang.

Jam 8 malam lewat beberapa belas menit, kami makan malam di rumah Sondang. Yang jadi menu makan malam adalah bekal dari Habatu yang belum kesentuh, ayam goreng sambal, plus kopi susu hangat yang disediain Sondang. Lumayan ...mengimbangi dinginnya lantai rumah Sondang yang...bbbrrr...

Kelar makan dan cerita-cerita, kami mutusin rencana selanjutnya.

Lee, yang tadinya udah kedinginan dan meringkuk nyaman di balik selimut di lantai atas, mau nggak mau harus turun. Damro, yang juga sudah ada di lantai atas nggak turun.
"Mo, turun dulu!" seruku.
"Bang Damro!" panggil Sondang.
Damro yang entah kenapa nggak mau turun cuma bilang, "Kalian ajalah yang bicarakan!"
Entah sedang apa.

Peta digelar.

Andy nyaranin supaya rute mengarah ke Laguboti. Kata Andy, tantenya yang disana sudah menyediakan  masakan buat kami dan sepertinya dia nggak enak hati kalau tidak jadi mampir.
Jadi, kami punya dua opsi.
Pertama, dari Laguboti langsung pulang lewat Parapat.
Kedua, dari Laguboti tetap ke Tarutung dan pulang lewat Sibolga.

Rundown yang dibuat ternyata tidak sesuai dengan kondisi. Sambil melototin peta dan itung-itungan waktu lagi, Lee nyaranin supaya milih opsi pertama. Jadi, cari alternatif wisata lain, bisa singgah sebentar di pinggiran danau Toba buat berenang, begitu alasannya.
Andy pun setuju aja. Meski sebenarnya kurang setuju dengan opsi pertama, secara kami rata-rata sudah sering banget ke danau Toba, tapi toh kalau waktunya sudah nggak sempat, mau nggak mau aku dan Davis pun ngikut aja.

Oke, sekarang tinggal Damro.

"Mo, gimana?"

***

Nah...Apakah Damro akhirnya mengalah untuk turun dan ikut membicarakan rute selanjutnya? Opsi mana yang menjadi pilihannya? Liat jawaban Damro dan bagaimana akhirnya rute perjalanan kami yang sebenarnya di ENJOYING THE NORTH SUMATERA: Part #3

Ssstt...di part berikutnya,...ketauan deh utk apa payung gede yang kami bawa...dan you'll see why Davis is called 'TG"...juga ada Davis yang trnyata terobsesi dgn titik-titik loh....:D :D   Belom lagi ada seseorang yang jadi 'provokator' spy mngunjungi suatu tempat...hehe...Plus, Andy yang nyerah ngadepin kelakuanku...(kelakuan apa ya?^^)
makanya...dont miss ENJOYING THE NORTH SUMATERA: Part #3...rugi kalau dilewatkan...:)Spt biasa....jgn lupa LIKE nya kalo suka (harus suka...hehe) en COMMENT nya kalo ada 'uneg2'nya ato apapun itu ttg cerita ni...:Dditunggu sangad, frenz...tengkiu...^^

Posting Komentar - Back to Content