ENJOYING THE NORTH SUMATERA: Part #4 (HABIS)

Nah, kalo di part #3 ceritain kita udah tau kenapa Davis bawa payung jauh-jauh dari Pekanbaru en dijulukin TG sama Lee, Damro yang ngotot ke Tarutung, dan aku yang ditodong quis musik dadakan sama Andy...sekarang giliran part #4 yang perform nih! Hopely u keep enjoying that! :D
----------------------------------------------------

Waw... IT'S A BIG CROSS LOVE!! Tingginya sekitar 31 meter. Pantas kelihatan dari bawah, dari jalan utamanya Tarutung. Saat malam hari, lampu salib dihidupkan dan kemerlip cahaya lampunya dapat terlihat dengan indah dari bawah. Cantik sekali! Biasanya aku cuma bisa melihat Salib Kasih ini saat melewati Tarutung malam hari. But now...i'm here!:-)

Benar-benar keindahan Tuhan yang harus dinikmati! Suddenly, I remained of something!! Ini jadi kayak sebuah perjalanan mencapai sebuah tujuan di kehidupan sehari-hari kita. Untuk mencapai tujuan kita, kita memang perlu fokus. Tapi, Tuhan bukan hanya menyediakan 'sesuatu' di akhir sana buat kita. Dia juga pasti ingin kita menikmati apa yang Ia sediakan sepanjang perjalanan kita menuju that 'our main target'. It could be make us closer to Him. Just like we are enjoying our times with our best friends or family :-)


Di depan salib kasih terdapat bangku-bangku semen beralaskan keramik berjajar rapi dari atas ke bawah dan membentuk seperti kerucut menghadap sebuah podium atau altar yang bisa menampung sekitar 600 jemaat dan sering digunakan untuk ibadah.

Tadi, begitu sampai di Salib Kasihnya, Damro sudah sibuk minta difoto. Ada juga yang nawarin jasa foto. Kalau nggak salah dua puluh ribu per lembar kuarto.
Bukannya malah ngejawab, refleks aku berkomentar waktu memperhatikan tukang fotonya.
"Kayaknya aku pernah lihat ito* ini..."
Dia cuma senyum-senyum.

Di sini juga disediain beberapa ruang doa berukuran 2 m x 2m yang dapat digunakan oleh siapa pun. Di setiap ruang doa tertulis siapa yang turut memberi sumbangsih. Di salah satu dinding ruang doa tertulis nama RUHUT SITOMPUL.

Pas ada keluarga yang mau difoto, dengan cueknya dia menyuruh seluruh keluarga berdiri di posisi tempat kami berdiri, tanpa menunggu kami selesai berfoto.
Nah lo, apa mungkin si tukang foto tadi 'balas dendam' karena jasanya tidak kami pakai?

Dengan wajah keheranan, mau tidak mau, kami beringsut pindah. Turun tangga sedikit dari posisi semula. Huh...padahal, supaya Salib Kasihnya kelihatan semua di kamera, itu memang posisi terbaik untuk berfoto.

------------------------------------
Sekilas info!
Tanggal 11 Nopember 1863 adalah tanggal pertama kalinya I.L. Nomensen beristirahat di Tanah Batak, tepatnya di bukit Siatas Barita. Koq tau? Ya tau donk...Tertulis kok di atas sebuah batu yang di atasnya tertancap sebuah salib. :-) Letaknya di dekat altar.
--------------------------------------

Dari atas sini, kami bisa melihat keindahan Lembah Silindung, yang merupakan cikal bakal kota Tarutung.

Selesai  foto-foto dan menikmati  keindahan cikal bakal kota Tarutung ini, pulangnya, baru kami sadari benar-benar kalau jalan yang satu lagi [jalan yang licin] menuju tempat ini juga. Kami turun melewati jalan ini.

"Kak, tanda yang tadi memang benar. Harusnya kita naik lewat jalan ini!" kata Andy.

Mungkin karena melihat ada orang yang datangnya berlawanan dari arah kami.

"Mungkin juga. Tapi bukannya kalau lewat tangga, lebih enak naiknya."

"Enggaklah kak. Makanya mereka bikin besi-besi pegangan di sini," argumennya.

-----------------------------------
Review sedikit pelajaran SAINS waktu SD yuk..! :-)
Pernah dengar Pesawat Sederhana kan?
Nah, pesawat sederhana berguna buat mempermudah pekerjaan atau dengan kata lain, dengan adanya pesawat sederhana...tenaga yang dipergunakan tidak terlalu besar.

Setau aku, Pesawat Sederhana tuh ada 4 jenis:
» Tuas atau Pengungkit
» Bidang miring
» Roda dan Poros
» Katrol

Salah satu penerapan prinsip Bidang miring, ya...tangga! Biasanya, di jalanan yang menanjak dibuat jenjang atau tangga. Tangga ini dibuat supaya kita tidak terlalu lelah jika harus melalui jalanan menanjak.
-----------------------------------------

Kami segera menuju tempat menjual suvenir. Entah karena ada asosiasi pedagang atau apa, barang-barang suvenir yang dijual di sini cuma bisa berkurang seribu rupiah dari harga yang ditawarkan penjual. Huh! Padahal, perbedaan kisaran harga antar pedagang lumayan jauh.


---------------------------

Tak ada salahnya dicoba!
» Air Panas Sipoholon
Di depannya terdapat jejeran tempat makan. Cocok buat istirahat dari perjalanan jauh. Nah, di belakang setiap tempat makan disediain kamar mandi yang sumber airnya ya Air Panas Sipoholon itu. Di belakang  kamar mandi, terletak di perbukitan kapur tempat air panas bersuhu hingga 70°C itu mengalir.

Beberapa taon lalu, my father pernah mengajak untuk mendaki ke atas bukit. Jalannya cukup licin. Tapi, begitu udah di atas,waw...kita bakal bisa melihat dan merasakan bagaimana sensasi berada di bukit kapur putih kekuningan dengan air panas menggelegak di sekitar kita dan membentuk ukiran batu kapur.

» Air soda di Desa Parbubu,
Jaraknya sekitar tiga km dari Tarutung.
Kolam ini cukup unik. Bukan aja rasanya yang memang seperti soda, air soda ini walaupun seolah-olah mendidih dari permukaan tanah, tetapi sejuk dan bening.

Meski rute kami tidak melewati dua tempat di atas....(maklum, sebelumnya udah ada dari kami yang pernah ke tempat ini.^_^), tapi buat yang belum pernah, aku saranin deh! Katanya nih...sulfur dan soda bisa nyembuhin penyakit loh. So, just try it by yourself!! :-)
----------

Pukul 19. 57 kami sudah ada di Balige. Tujuan selanjutnya adalah....Laguboti.  Without any conversations in car at that right time! Wah, sudah 'harga mati' nih nampaknya. Cuma dalam hitungan belasan menit, kami sudah tiba di Laguboti, tempat Tantenya Andy. Nah, disini nih kayaknya powernya a driver. Yang di dalam mobil cuma bisa duduk dan ngikut aja. Hihihi.

Andy nelpon tantenya. Memberi kabar kalau mereka sudah sampai.
Ternyata, orang rumah Tantenya Andy ini lagi pada keluar. Yang ada di rumah cuma salah satu anaknya dan seorang sodara jauh mereka. Melalui telpon, tantenya Andy menyuruh anaknya mengeluarkan makanan yang ada.

Benar saja! Mereka sudah mempersiapkan makanan dalam jumlah yang banyak. Makan malam pun dilewatkan di sini. Yach...itung-itung supaya mr. Driver kami istirahat dululah supaya lebih fit menuju jalan pulang.

Kelar makan malam, semua sibuk sendiri.

Davis SIBUK tidur sambil mengusap-usap tangannya. Muka dan badannya kembali menunjukkan gejala gatal-gatal dan merah yang nagkunya karena alergi dingin itu.

Lee SIBUK memperhatikan peta (lagi!) di sofa ruang tamu. Ngukur berapa senti jarak antar kota di peta. Aku pun ikutan nimbrung. Hm...kalah nih tukang jahit soal ukur mengukur. Hi..hi..
Iseng, dia mengambil ponsel Davis yang diletakkannya di atas meja. Mau hitung-hitungan waktu lagi, bandingin waktu antara pulang kalau via Parapat  atau lewat Sibolga.

Tiba-tiba, Lee ngomong," Dah makan sayang? Jangan lupa makan yang banyak ya."

"Hee...romantis juga ya hallet* [baca:pacar] kak Davis ni," lanjutnya dengan muka sok polos.

Matanya tetap merhatiin layar Nokia 2300 punya Davis yang dipegangnya.
Sontak Davis kaget.
Aku senyum-senyum aja.
Andy dan Damro malah makin godain Davis.
"Cie...Dah makan sayang?" Beo mereka sambil ketawa cekikikan.
"Apalah si Lee nih.." katanya berkesan merengek sambil menutupi sebelah matanya yang membengkak seperti digigit serangga. Langsung direbutnya hp dari tangan Lee. Ditekannya beberapa kali tombol di hp nya.
DELETE.
Sms terhapus.

Damro yang sedang nonton sinetron di tv, SIBUK mengganggu Andy yang mau istirahat dengan komentar-komentar tak pentingnya tentang adegan-adegan yang ditontonnya.

Bukannya memakai kesempatan untuk istirahat, sambil baringan di balik selimut, Andy SIBUK menanggapi komentar-komentar tak pentingnya Damro.

Aku sendiri yang semula SIBUK sendiri bermain kartu setelah hitung-hitungan jarak di peta dengan Lee, ikutan menonton tivi berwarna yang masih banyak semutnya itu.

......

Setelah merasa cukup istirahat, kami melanjutkan perjalanan.
Sekitar jam setengah satu dini hari, mobil mulai keluar dari perbatasan Tarutung dan memasuki wilayah Sibolga. Masih sempat istirahat di salah satu SPBU kota Sibolga.

Buat diliat2..hehe...ini nih rute yang dilewati...bandingin dgn rencana semula di Enjoying The North Sumatera di part2 sebelumnya...:=)

……. Batu Lobang…..

Melewati kota Pandan, aku teringat with once of our destination. Beach. Pandan Beach! Tapi, karena sudah sepakat untuk tidak singgah lagi, aku jadi heboh sendiri. Pantai pandan ada di sebelah kanan, sedangkan posisi dudukku di dalam mobil di bagian kiri. Terpaksa, demi yang namanya pantai, aku jadi sibuk mengganggu Damro yang kelihatannya sedang asyik tiduran.

"Mo'...buka dulu kacanya dikit," seruku.

Dengan ogah-ogahan, orang yang kumaksud membuka jendela mobil. Tapi cuma sedikit. Hm...mana bisa ngelihat suasana pantai Pandan subuh-subuh begini kalau jendela yang dibuka lebarnya cuma seuprit! Pikirku.

"Buka lebar-lebarlah...!" kataku sekali lagi.

"Ughh...apalah kakak ni. Ribut aja pun pagi-pagi minta buka jendela," sungutnya sambil tetap membuka jendela lebih lebar lagi.

Ih...apalah anak ni! Cuma minta tolong gitu aja udah sewot. Huh! Kalo cuma sekedar buka jendela mobil doang, kan bisa aku membuka jendela mobil yang ada di dekat. Aku kan belum pernah ke pantai Pandan, en karena rencana kita yang ini batal, kan at least I already enjoy it even only by saw it from the window's car.:-)

"..."

Tak lama, beberapa menit kemudian Pantai Pandan hilang dari pandangan. Karena objek yang ingin aku lihat sudah kami lewati, maka...
"Sudahlah! Tutup aja jendelanya!" seruku dengan sedikit kesal sama Damro.

"Heeeee......eh!! Entah hapa-hapa pun!" sahut Damro dengan nada tak kalah kesalnya.

Subuh-subuh begini menjalani rute Sibolga-Padang Sidempuan, ternyata cukup mengerikan.

Jurang dan tebing yang sama di kiri dan kanan mulai dari awal perbatasan sampai akhir perbatasan.

Aku masih tetap terjaga. Apalagi Lee ku lihat sesekali sudah mulai mengantuk.

Aku dan Andy berusaha ngobrol. Khawatir dia ikutan terserang kantuk.

"Ah, udah bosan kali aku pun kak yang bawa mobil ini, kak."

???
Apa maksudnya ni? Pikirku. Wah...gawat nih kalau yang bawa mobil sudah mulai bosan..

"Dari tadi pemandangannya itu-itu aja. Nggak ada sedikit pun kayaknya yang beda. Hutan. Rumahnya pun jauh-jauh,"  jelasnya.

Karena tidak ada bahan pembicaraan lagi, semua pembicaraan hanya disahuti dengan kata-kata singkat.

"Eh, ada gua batu juga? Yang gimana tu ya?"
Celetukku ketika melihat penunjuk jalan yang mulai dapat terbaca gelap-gelap begini.

"Iya, memang ada. Masih jauh ya kak?"

"Nggak tau. Tadi kurang jelas terbaca. Kayaknya sekitar 30 km lagi lah. Kalau 30 km berarti kira-kira setengah jam ya Ndy?"

"Yah....kira-kira gitulah kak, tergantung kecepatan mobilnya lah."

Beberapa menit kemudian.

"Gua batu. 15 km. Hm...penasaran aku yang gimana gua batu itu," ucapku.

"Gua batu tu semacam batu besar yang di jebol tengahnya, dibuat semacam terowongan kecil gitu. Wah, kalau udah lewat situ, gelap kali lah nanti sebentar," terang Andy.

Hm...15 km berarti cuma tinggal sekitar 15 menit lagi. Akhirnya bentar lagi bisa lihat gimana Gua Batu yang bikin aku penasaran itu.

Rasa penasaranku ternyata kalah dengan rasa kantuk yang tiba-tiba menyerang. Beberapa menit sebelum meleawati Gua batu, aku malah tertidur. :(

Aku terbangun sesaat ketika kami sudah tiba di Padang Sidempuan. Aku melihat jam yang tertera di ponsel.
05. 55 a.m. Padang Sidempuan
Waduh...berarti, nggak jadi liat Gua Batu tadi, kesalku.

08. 51 a.m. Sibuhuan

Mobil merangkak kayak siput. Macet.
Andy dan Damro turun. Mencari tahu apa yang terjadi. Mereka mungkin penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi beberapa meter di depan kami.

"Lihat tuh! Semok kali yang pakai sarung itu,"  seru Davis sekenanya sambil melihat ke arah luar jendela.

Aku dan Lee mengikuti arah pandangannya dan sejurus kemudian kami cekikian sendiri.
Badan Damro yang sedikit gempal terlihat jelas di balik kaos singlet dan sarung yang dipakainya. :-)

Seorang ibu, yang entah berasal dari mobil mana --mungkin dari mobil travel yang ada di depan kami--  datang dari arah kemana Andy dan Damro pergi tadi.

"Ada tanki terguling di simpang Anjing," katanya dengan heboh sambil menunjuk-nunjuk ke arah belakangnya.

Hah? Emang beneran ada ya namanya simpang Anjing? Apa maksudnya di situ dulu banyak anjingnya?
Wah...bakalan lama nih.

"Ada makanan kak?" tanya Andy.

Sudah satu setengah jam kami menunggu.
Perut udah dangdut-an minta diisi. Maklum, belum ada sarapan pagi ini.

"Oh iya, kan masih ada bekal yang disiapkan Sondang kemaren," sahut Davis.
"Mau makan, Ndy?" Ini ajalah kita pake ya," sambungnya sambil sibuk mengeluarkan tempat nasi, lauk dan wadah untuk makan.

"Emang masih bisa kak?" tanya Lee.

"Masihlah. Yang ini yang udah nggak bisa lagi," kata Davis sambil membaui lauk yang ada.

Aku pun ikutan sibuk menyendoki nasi dan lauk buat mereka.
Emergency breakfast in the car!

11. 30 a.m. Kami baru  lepas dari macet sekitar setengah jam lalu dan sekarang sudah tiba di Kel. Pasar Sibuhuan.
Lee merasa semakin tidak enak badan. Lee mau tukaran posisi duduk dengan Davis, supaya lebih enakan. Andy pun memberhentikan mobilnya di depan sebuah sekolah di Jalan K.H. Dewantara.

Mumpung mobil berhenti, aku mengajak Davis mencari toilet di rumah-rumah masyarakat yang ada di dekat situ.

"Memanglah ya kau ini. Setiap perjalanan pulang dari jalan-jalan gini, pasti ke toilet dulu," komentar Davis sambil geleng-geleng kepala.

Satu-satunya toilet yang bisa kami pakai memang lebih baik daripada toilet di atas sungai seperti ketika kami ke Sumbar dulu. Toilet yang ini memang di semen. Hanya saja, toilet ini  letaknya di luar rumah dan sepertinya sudah sangat jarang dipakai. Airnya pun harus diambil dari sebuah bak penampungan hujan. Di belakang toilet terdapat semak belukar yang mulai tumbuh liar menyelip ke dalam bangunan berukuran lebih sedikit dari 1 m x 1 m itu.. Hiiy! Terbayang gimana kalau binatang melata ikutan buang hajat di situ.

Hm...pengalaman tentang toilet yang beda-beda seperti ini jadi ingat ceritanya Raditya Dika di bukunya Brontosaurus. :-)

Masalah toilet selesai, gantian aku yang menemani Davis.

"Kita cari air kelapa dulu yok!" ajaknya. Tergiur melihat ada orang yang menjual air kelapa agak jauh dari tempat mobil diparkirkan.

Setengah satu siang, we move on. Davis dan Lee sudah bertukar posisi tempat duduk. Davis duduk di depan dan Lee duduk di belakang supaya lebih enak tiduran.

Satu setengah jam berikutnya kami sudah tiba di Dalu-dalu, kec. Tambusai Kab. Rokan Hulu [RoHul]. Sesekali aku melihat ke belakang, memperhatikan Lee yang meringkuk dibalik sarung.
Ckckck...kasihan benar nih anak. Masa' setiap kali habis jalan-jalan malah sakit, pikirku.

07.00 p.m. Arrived at Pekanbaru. Pengukur jarak menunjuk di angka 63.314 km.
Thx God for this trip. Mungkin, setiap rencana kalau berjalan dengan mulus nggak akan se'greget' ini. Hm...hoping we'll have a next trip!Hm, apalagi kalo ada yg sponsorin...trus dibuat ceritanya...trus dibuat mirip kayak program jalan-jalan kayak yang di tipi tu...trus...wah...makin ngelantur aku jadinya...hehe :-) Sebelum semakin ngelantur, aku ucapin makasih buat kalian ya..thx to read, to give the thumbs and of course thx to comments!! ^_^
                                * * *

Posting Komentar - Back to Content